Selasa, 24 November 2009

BANGUNAN TAHAN GEMPA

Pengertian Bangunan Tahan Gempa

Membangun bangunan yang dapat menahan beban gempa adalah tidak ekonomis. Oleh karena itu prioritas utama dalam membangun bangunan tahan gempa adalah terciptanya suatu bangunan yang dapat mencegah terjadinya korban, serta memperkecil kerugian harta benda. Dari hal tersebut pengertian bangunan tahan gempa adalah:

· Bila terjadi Gempa Ringan, bangunan tidak boleh mengalami kerusakan baik pada komponen non-struktural maupun pada komponen strukturalnya.

· Bila terjadi Gempa Sedang, bangunan boleh mengalami kerusakan pada komponen non-strukturalnya (plafond runtuh, dinding retak) akan tetapi komponen struktural (kolom, balok, sloof) tidak boleh rusak.

· Bila terjadi Gempa Besar, bangunan boleh mengalami kerusakan baik pada komponen non-struktural maupun komponen strukturalnya, akan tetapi jiwa penghuni bangunan tetap selamat, artinya sebelum bangunan runtuh masih cukup waktu bagi penghuni bangunan untuk keluar.

Menurut guru besar dari Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan Institut Teknologi Bandung (ITB), Bambang Budiono, struktur bangunan tahan gempa kemudian dikembangkan ahli struktur Eropa pada abad 19. Insinyur Eropa saat itu mengusulkan untuk merancang struktur dengan memperhatikan beban gempa sebagai beban horisontal. Beban ini diperhitungkan sebagai persentase kecil dari berat struktur.

Sejak 1995, konsep desain struktur bangunan tahan gempa berkembang menjadi desain kinerja struktur tahan gempa. Kinerja ini bergantung pada integritas sistem struktur bawah atau pondasi dan struktur atas.

Untuk menjamin kinerja struktur yang baik, ada tiga hal yang harus diperhatikan. Pertama, pemilihan lokasi yang sesuai. Kedua, pemilihan sistem dan material struktur yang memadai. Ketiga konfigurasi struktur yang memenuhi sejumlah syarat. Di antaranya denah yang simetris dan pelat lantai harus kaku sebagai diafragma yang berfungsi membagi gaya horisontal gempa ke elemen vertikal seperti kolom, dinding geser, dan lainnya.

Indonesia pun bisa melakukan itu. Apalagi kalau dilihat secara seismograf Indonesia merupakan daerah dengan aktivitas gempa bumi tektonik yang tinggi, Indonesia terletak pada pertemuan empat lempeng tektonik utama yaitu lempeng Eurasia, Indo-Austria, Pasifik, dan Filipina. Pertemuan lempeng-lempeng tersebut mengakibatkan mekanisme tektonik dan kondisi geologi Indonesia menjadi lebih rumit. Dalam rentang waktu 1897 hingga 2000, terdapat sekitar 8.237 gempa di Indonesia.

Pondasi harus didesain dengan secara baik. Sehingga kekakuan dan kekuatan pondasi lebih besar dari struktur bangunan atas. Dengan demikian, selama terjadi gempa kuat tidak didahului dengan keruntuhan pondasi.

Ruang lingkup analisis struktur bangunan tahan gempa meliputi analisis respons struktur baik dinamik maupun statik ekuivalen akibat percepatan gempa bumi yang ditransfer kepada bangunan melalui pondasi ke struktur bangunan atas. Keruntuhan tanah akibat gerakan patahan, longsoran, atau liquifaksi untuk tanah pasir yang menyebabkan keruntuhan struktur bangunan, tidak termasuk dalam ruang lingkup struktur bangunan tahan gempa.

Konfigurasi struktur bangunan tahan gempa diusahakan berbentuk simetris baik untuk denah maupun arah vertikal. Level desain gaya gempa dibagi dalam tiga kategori yaitu gempa ringan, gempa sedang, dan gempa kuat. Hubungan antara gaya geser dasar dan deformasi atap dapat digunakan sebagai dasar penentuan kinerja struktur bangunan tahan gempa.